Ujian Mid Semester
Matakuliah : Kimia Bahan Alam
Kredit : 2 SKS
Dosen : Dr. Syamsurizal, M.Si
Matakuliah : Kimia Bahan Alam
Kredit : 2 SKS
Dosen : Dr. Syamsurizal, M.Si
Hari/Tanggal : Sabtu, 24 november 2012
Waktu : 15.30 sd 09.00 pagi ( tanggal 26 november 2012 )
1. Kemukakan gagasan anda bagaimana cara mengubah suatu senyawa bahan alam yang tidak punya potensi ( tidak aktif ) dapat dibuat menjadi senyawa unggul yang memiliki potensi aktifitas biologis tinggi. Berikan dengan contoh.
Waktu : 15.30 sd 09.00 pagi ( tanggal 26 november 2012 )
1. Kemukakan gagasan anda bagaimana cara mengubah suatu senyawa bahan alam yang tidak punya potensi ( tidak aktif ) dapat dibuat menjadi senyawa unggul yang memiliki potensi aktifitas biologis tinggi. Berikan dengan contoh.
Jawab:
Sebagian besar senyawa
yang terkandung dalam tumbuhan merupakan metabolit sekunder,yang mana senyawa
tersebut merupakan senyawa bioaktif dalam tumbuhan yang dapat dimanfaatkan
sebagai obat maupun dalam hal lain yang berorientasi dalam penyakit. Salah satu
contoh adalah alkaloid yang terdapat dalam daun sidaguri(Sida rhombifolia L.). Ekstraksi dilakukan dengan cara
maserasi dimana serbuk
daun sidaguri (sida rhombifolia
L.) serbanyak 1 kg dimaserasi
dengan metanol (3 x 5L) pada temperatur
kamar dan disaring lalu pelarut
diuapkan dari ekstrak metanol dengan rotary evaporator sehingga diperoleh
ekstrak pekat metanol. Terhadap ekstrak metanol ini dilakukan partisi cair-cair dengan n-heksana. Masing-masing
ekstrak dipekatkan kembali dengan rotary evaporator sehingga diperoleh residu
kering dan dilanjutkan dengan uji skrining fitokimia. Ekstrak metanol
ditambahkan HCl 2M hingga mencapai pH 2 dan didiamkan selama 24jam, kemudian
dicuci dengan dietil eter. Selanjutnya ditatambahkan NH4OH pekat sampai pH
9-10, diekstraksi dengan dietil ater dan ekstrak dietileter tersebut diuapkan
pelarutnya sehingga diperoleh ekstrak pekat dietil eter. Kemudian dipisahkan
dengan menggunakan kromatografi kolom untuk mendapatkan senyawa alkaloid.
2. Jelaskan bagaimana idenya suatu senyawa bahan alam yang memiliki potensi biologis tinggi dan prospektif untuk kemaslahatan makhluk hidup dapat disintesis di laboratorium.
Jawab:
Banyak senyawa bahan alam
yang mempunyai kegunaan dalam berbagai bidang, sebagai contoh adalah alkaloid
yang dapat dijadikan inhibitor korosi. Umumnya inhibitor korosi berasal dari
senyawa-senyawa organik dan anorganik yang mengandung gugus-gugus yang memiliki
pasangan elektron bebas, seperti nitrit, kromat, fospat, urea, fenilalanin,
imidazolin, dan senyawa-senyawa amina. Namun demikian, pada kenyataannya bahwa
bahan kimia sintesis ini merupakan bahan kimia yang berbahaya, harganya lumayan
mahal, dan tidak ramah lingkungan, maka sering industri-industri kecil dan
menengah jarang menggunakan inhibitor pada sistem pendingin, sistem pemipaan,
dan sistem pengolahan air produksi mereka, untuk melindungi besi/baja dari
serangan korosi. Ekstrak daun tembakau, teh, dan kopi memiliki unsur nitrogen
yang berfungsi sebagai pendonor elektron terhadap logam Fe2+ untuk membentuk
senyawa kompleks. Kopi mengandung kafein yang merupakan alkaloid yang mempunyai
cincin purin dan merupakan derivate dari metil xanthine (1,3,7,-trimetil
xanthine) dengan BM 194,14, specific gravity 1,23. Rumus molekul dari kafein
adalah C8H10N4O2. Ekstrak daun tembakau, lidah buaya, daun pepaya, daun teh,
dan kopi dapat efektif menurunkan laju korosi mild steel dalam medium air laut
buatan yang jenuh CO2. Lidah buaya mengandung aloin, aloenin, aloesin dan asam
amino. Daun pepaya mengandung N-asetil-glukosaminida, benzil isotiosianat, asam
amino. Efektivitas ekstrak bahan alam sebagai inhibitor korosi tidak terlepas
dari kandungan nitrogen yang terdapat dalam senyawaan kimianya seperti daun
tembakau yang mengandung senyawa-senyawa kimia antara lain nikotin, hidrazin,
alanin, quinolin, anilin, piridin, amina, dan lain-lain. Sedangkan daun teh dan
kopi banyak mengandung senyawa kafein dimana kafein dari daun teh lebih banyak
dibandingkan kopi. Pemanfaatan ekstrak
bahan alam sebagai inhibitor korosi dapat dimulai dari mengekstraksi bahan alam
yang digunakan. Kemudian mempersiapkan sampel logam besi. Uji korosi dilakukan
dengan cara merendam sampel logam besi dalam media air laut selama 7 hari.
Setelah waktu tercapai sampel logam besi selanjutnya dibersihkan, dikeringkan
dan ditimbang. Percobaan diulangi dengan menambahkan inhibitor (getah pinus,
gambir, tembakau dan kopi) dan pada suhu yang bervariasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kenaikan luas permukaan meningkatkan laju korosi, dikarenakan
semakin besar permukaan besi yang berkontak dengan larutan.. Dengan adanya
pelapisan getah pinus, ekstrak tembakau, gambir dan ekstrak kopi ternyata dapat
mengurangi laju korosi. Sesuai dengan mekanisme proteksi yang telah dijelaskan,
bahwa ekstrak bahan alam merupakan senyawa yang mengandung atom yang memiliki pasangan
electron bebas. Atom ini bersifat sebagai donor elektron sehingga akan
menghasilkan senyawa kompleks dengan besi,. Senyawa kompleks ini bersifat
stabil, tidak mudah dioksidasi dan akan menyelubungi permukaan logam besi.
Dengan demikian korosi bisa dihambat.
3.
Jelaskan kaidah-kaidah pokok dalam memilih pelarut untuk isolasi dan purifikasi
suatu senyawa bahan alam. Berikan dengan contoh untuk 4 golongan senyawa bahan
alam : Terpenoid, alkaloid, Flavonoid, dan Steroid.
Jawab:
Sebagian besar reaksi kimia
secara luas dilakukan di dalam larutan. Larutan terdiri dari pelarut (solvent)
dan zat terlarut (solute). Pelarut (solvent) pada umumnya
adalah zat yang berada pada larutan dalam jumlah yang besar, sedangkan zat
lainnya dianggap sebagai zat terlarut (solute).Pelarut memenuhi
beberapa fungsi dalam reaksi kimia, dimana pelarut melarutkan reaktan dan
reagen agar keduanya bercampur, sehingga hal ini akan memudahkan penggabungan
antara reaktan dan reagen yang seharusnya terjadi agar dapat merubah reaktan
menjadi produk. Pelarut juga bertindak sebagai kontrol suhu, salah satunya
untuk meningkatkan energi dari tubrukan partikel sehingga partikel-partikel
tersebut dapat bereaksi lebih cepat, atau untuk menyerap panas yang dihasilkan
selama reaksi eksotermik. Pada umumnya pelarut yang baik mempunyai kriteria
sebagai berikut :
1. Pelarut harus tidak reaktif
(inert) terhadap kondisi reaksi.
2. Pelarut harus dapat
melarutkan reaktan dan reagen.
3. Pelarut harus memiliki titik
didih yang tepat.
4. Pelarut harus mudah dihilangkan
pada saat akhir dari reaksi.
Kriteria kedua adalah dengan
menggunakan prinsip like dissolves like, dimana reaktan yang nonpolar
akan larut dalam pelarut nonpolar sedangkan reaktan yang polar akan larut pada
pelarut polar. Berdasarkan kepolaran pelarut, maka para ahli kimia
mengklasifikasikan pelarut ke dalam tiga kategori yaitu :
a. Pelarut Protik Polar
Protik menunjukkan atom hidrogen
yang menyerang atom elektronegatif yang dalam hal ini adalah oksigen. Dengan
kata lain pelarut protik polar adalah senyawa yang memiliki rumus umum ROH.
Contoh dari pelarut protik polar ini adalah air H2O, metanol CH3OH,
dan asam asetat (CH3COOH).
b. Pelarut Aprotik Dipolar
Aprotik menunjukkan molekul yang
tidak mengandung ikatan O-H. Pelarut dalam kategori ini, semuanya memiliki
ikatan yang memilki ikata dipol besar. Biasanya ikatannya merupakan ikatan
ganda antara karbon dengan oksigen atau nitorgen. Contoh dari pelarut yang
termasuk kategori ini adalah aseton [(CH3)2C=O] dan etil
asetat (CH3CO2CH2CH3).
c. Pelarut Nonpolar
Pelarut nonpolar merupakan
senyawa yang memilki konstanta dielektrik yang rendah dan tidak larut dalam
air. Contoh pelarut dari kategori ini adalah benzena (C6H6),
karbon tetraklorida (CCl4) dan dietil eter (CH3CH2OCH2CH3).
Terpenoid
= n-heksana,metanol, etilasetat.
Flavonoid=
etil asetat, etanol,diklorometana,n-butanol,kloroform
Steroid=
n-heksana,etil asetat,kloroform,metanol
Alkaloid=
etanol,metanol,alkohol berair, petrolium eter
4. Jelaskan dasar titik tolak penentuan struktur suatu senyawa organik. Bila senyawa bahan alam tersebuat adalah kafein misalnya. Kemukakan gagasan anda hal – hal pokok apa saja yang di perlukan untuk menentukan strukturnya secara keseluruhan.
Jawab:
Spektrofotometri inframerah
lebih banyak digunakan untuk identifikasi suatu senyawa melalui gugus
fungsinya. Untuk keperluan elusidasi
struktur, daerah dengan bilangan gelombang 1400 – 4000 cm-1 yang
berada dibagian kiri spektrum IR, merupakan daerah yang khusus berguna untuk
identifikasi gugus-gugus fungsional, yang merupakan absorbsi dari vibrasi ulur.
Selanjutnya daerah yang berada disebelah kanan bilangan gelombang 1400 cm-1
sering kali sangat rumit karena pada daerah ini terjadi absorbsi dari vibrasi
ulur dan vibrasi tekuk, namun setiap senyawa organik memiliki absorbsi yang
kharakteristik pada daerah ini. Oleh karena itu bagian spektrum ini
disebut daerah sidikjari (fingerprint region). Saat ini ada dua macam instrumen yaitu spektroskopi IR dan FTIR (Furier
Transformation Infra Red). FTIR lebih sensitif dan akurat misalkan dapat membedakan
bentuk cis dan trans, ikatan rangkap terkonyugasi dan terisolasi
dan lain-lain yang dalam spektrofotometer IR tidak dapat dibedakan.
Dalam menginterpretasi suatu spektrum IR senyawa hasil isolasi/sintesis, fokus perhatian dipusatkan kepada gugus fungsional utama seperti karbonil (C=O), hidroksil (O-H), nitril (C-N) dan lain-lain. Serapan C-C tunggal dan C-H sp3 tidak perlu terlalu dipusingkan karena hampir semua senyawa organik mempunyai serapan pada daerah tersebut.
Dalam menginterpretasi suatu spektrum IR senyawa hasil isolasi/sintesis, fokus perhatian dipusatkan kepada gugus fungsional utama seperti karbonil (C=O), hidroksil (O-H), nitril (C-N) dan lain-lain. Serapan C-C tunggal dan C-H sp3 tidak perlu terlalu dipusingkan karena hampir semua senyawa organik mempunyai serapan pada daerah tersebut.
Berikut panduan dalam menganalisis spektrum IR
suatu senyawa organik:
Perhatikan,
apakah ada gugus karbonil (C=O) pada daerah 1820-1600 cm-1 yang
puncaknya tajam dan sangat karakteristik. Bila ada gugus karbonil, maka perhatikan kemungkinan gugus fungsional
berikut:
Asam karboksilat akan memunculkan serapan OH apda
daerah 3500-3300 cm-1. Amida akan memberikan serapan
N-H yang tajam pada daerah sekitar 3500 cm-1. Ester akan memunculkan serapan C-O tajam dan kuat pada 1300-1000 cm-1. Anhirida akan memunculkan serapan C=O kembar pada 1810 dan 1760 cm-1. Aldehida akan memunculkan C-H aldehida intensitas lemah tajam pada
2850-2750 cm-1 baik yang simetri maupun anti-simetri.Keton, bila semua yang di atas tidak muncul.
Bila serapan karbonil
tidak ada maka:
Ujilah alkohol (-OH), dengan memperhatikan adanya
serapan yang melebar (khas sekali) pada 3500-3300 cm-1 (dikonformasi dengan
asam karboksilat) dan diperkuat dengan serapan C-O pada sekitar 1300-1000 cm-1
Ujilah amina
(N-H), dengan memperhatikan adanya serapan medium pada sekitar 3500 cm-1
(dikonformasi dengan amida)
Ujilah eter
(C-O), dengan memperhatikan serapan pada 1300-1000 cm-1 (dikonformasi dengan
alkohol dan ester)
Ikatan C=C alkena dan aromatis. Untuk alkena serapan
akan muncul pada 1650 cm-1, sedangkan untuk aromatis sekitar 1650-1450 cm-1.
Serapan C-H alifatik alkena akan muncul di bawah 3000 cm-1, sedangkan C-H
vinilik benzena akan muncul di atas 3000 cm-1
Ikatan C≡C alkuna akan muncul lemah tajam pada 2150
cm-1, sedangkan C≡N nitril medium dan tajam akan muncul pada 2250 cm-1
Gugus nitro
NO2, memberikan serapan kuat sekitar 1600-1500 cm-1 dari anti-simetris dan juga
pada 1390-1300 cm-1 untuk simetris
Bila informasi 1 sampai 6 di atas tidak ada maka
dugaan kuat spektrum IR adalah dari senyawa hidrokarbon.